Labels

Kamis, 25 November 2010

tawakkal.... adalah sebuah keharusan

“Tidaklah sempurna usaha seseorang hingga ia bertawakkal kepada Allah Jalla wa Azza”

Manusia tentunya hanya dapat melakukan usaha yang maksimal dalam mencapai target-terget yang ia telah tetapkan dalam hidupnya atau paling tidak, untuk mencapai kehidupan ideal yang didambakannya. Namun, sekali lagi manusia hanya dapat berusaha dan berusaha. Dibalik segala usaha yang dilakukan oleh manusia Allah Ta’ala lah yang menentukan hasilnya. Dan dalam hal ini yang bermain adalah iman kepada takdir. Sebagai seorang hamba Kita wajib meyakini bahwa segala takdir yang baik dan yang buruk yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala adalah sesuatu yang baik untuk kita. Meskipun secara dzat terlihat buruk, namun dibalik keburukan itu terdapat hikmah yang baik untuk diri kita – jika kita mampu mengambil hikmah dari segala kejadian buruk yang menimpa diri kita-. Sebagai contohnya, Allah telah menakdirkan si fulanah untuk menderita sakit yang parah. Secara dzahirnya, itu merupakan keburukan, namun jika si fulanah mampu mengambil hikmah dari sakitnya itu diantaranya; ia menjadi hamba yang lebih bersyukur, dosa-dosanya diampuni, ia memperoleh kesehatan yang jauh lebih baik ketika ia sembuh, dan sejuta hikmah lainnya yang Allah berikan untuk si fulanah. Dalam hal ini, prasangka baik kepada Allah Ta’ala harus kita hadirkan, karena pada akhirnya akan kembali ke diri kita. Sebagaimana hadits Qudsi yang disampaikan oleh Rasulullah j :
“Aku (Allah) sesuai prasangka hamba-Ku”
Menurut Syaikhul Al-Utsaimin Tawakkal adalah bersandar kepada Allah Ta’ala dalam menggapai manfaat dan menolak mudharat disertai dengan keyakinan kepada Allah Ta’ala dan melakukan sebab-sebab yang shahih.
Sebab-sebab yang shahih adalah tidak melakukan dosa/maksiat kepada Allah Ta’ala dan merupakan hal yang dapat mendatangkan manfaat serta ampuh ketika dikerjakan. sebagai contoh, seorang petani yang menginginkan padi yang ditanamnya memiliki kualitas yang baik tentunya akan berusaha untuk menanamnya di lahannya sendiri, -bukan di lahan orang lain- kemudian memilih bibit unggul, menggemburkan tanah, pengairan yang cukup dan sebagainya. setelah petani melakukan usaha-usaha yang shahih dan ampuh, maka sang petani wajib untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allah azza wa jalla.
dalam hal tawakkal kepada selain Allah Ta’ala ada tiga macam yaitu:
1. Tawakkal kepada selain Allah Ta’ala secara total disertai penghambaan kepadanya. Orang yang berbuat seperti ini tergolong orang-orang syirik dan pelakunya keluar dari islam.
2. Tawakkal kepada selain Allah Ta’ala dengan sedikit bersandar padanya. contohnya orang yang mempercayai bahwa batu tertentu dapat menyembuhkan penyakin namun pada dasarnya dia meyakini bahwa Allah Ta’ala yang memberikan kesembuhan tersebut. Orang yang berbuat seperti ini dihukumi telah melakukan syirik kecil.
3. Tawakkal kepada orang lain, yang memang orang tersebut memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya. Hukumnya mubah (boleh) Karena tidak bersifat ubudiyah (penghambaan)

Tawakkal adalah sebuah ibadah, dan manusia yang menyadari hakikat seorang hamba wajib untuk senantiasa bertawakkal kepada Allah Ta’ala setelah usaha maksimal dan shahih telah dilaksanakan. (UF)

wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar